Pengertian Diare
Diare adalah buang air besar dalam bentuk
cairan lebih dari tiga kali dalam satu hari dan biasanya berlangsung selama dua
hari atau lebih. Orang yang mengalami diare akan kehilangan cairan tubuh
sehingga menyebabkan dehidrasi. Hal ini membuat tubuh tidak dapat berfungsi
dengan baik dan dapat membahayakan jiwa, khususnya pada anak dan orang tua.
Diare dapat di golongkan menjadi dua yaitu diare spesifik dan diare non spesifik
:
a) Diare
spesifik
Diare non spesifik adalah diare yang
disebabakan oleh infeksi baik bakteri, parasit, maupun virus.
b) Diare
non spesifik.
Diare non spesifik dapat terjadi akibat salah
makan (makanan terlalu pedas sehingga mempercepat peristaltik usus), ketidak mampuan
lambung dan usus dalam memetabolisme laktosa (terdapat dalam susu hewan)
disebut lactose intolerance, ketidak mamapuan memetabolisme sayuran atau buah
tertentu (kubis, kembang kol, sawi, nangka, durian), juga infeksi virus-virus
noninvasive yang terjadi pada anak umur di bawah 2 tahun karena rotavirus. Pengobatan
diare harus tepat pada sasarannya. Sasaran yang dituju dalam pengobatan diare
yaitu dehidrasi.
Penyebab Penyakit Diare
Penyebab
penyakit diare antara lain :
a) Virus
Merupakan penyebab diare tersering dan umumnya karena Rotavirus. Gejala: veses dalam bentuk cair (watery), berbusa, tidak ada darah lender, berbau asam.
Merupakan penyebab diare tersering dan umumnya karena Rotavirus. Gejala: veses dalam bentuk cair (watery), berbusa, tidak ada darah lender, berbau asam.
b) Bakteri
Gejala : Buang air besar dengan darah atau lendir, sakit perut. Memerlukan antibiotika sebagai terapi pengobatan.
Gejala : Buang air besar dengan darah atau lendir, sakit perut. Memerlukan antibiotika sebagai terapi pengobatan.
c) Parasit
(Glardiasis)
Buang air besar dengan darah dan lendir, sakit perut.
Buang air besar dengan darah dan lendir, sakit perut.
d) Anak
sedang terapi dengan pemakaian antibotika
e) Alergi
susu (intoleran laktosa)
f) Sanitasi
buruk;
g) Nutrisi
buruk;
h)
Intoleransi terhadap bahan makanan tertentu,
misalnya; obat-obatan seperti laksatif/pancahar, antibiotik (Ampicilin),
antihipertensi (Reserpine), kolinergik (Metoclopramide), obat kardiovaskular
(Digoxin, Digitalis); AIDS-yang dihubungkan dengan diare dan agen penginfeksi.
i)
Faktor infeksi
Infeksi enteral yaitu infeksi saluran
pencernaan yang merupakan penyebab utama diare pada anak, ini meliputi infeksi
bakteri (E. coli, Salmonella, Vibrio cholera), virus (enterovirus, adenovirus,
rotavirus), parasit (cacing, protozoa). Infeksi parenteral yaitu infeksi yang berasal
dari bagian tubuh yang lain diluar alat pencernaan, seperti otitis media akut
(OMA), tonsilofaringitis, bronkopneumonia. Keadaan ini terutama pada bayi
berumur dibawah 2 tahun
j)
Faktor alergi makanan
Faktor makanan misalnya makanan basi,
beracun, atau alergi terhadap makanan. Penularan melalui kontak dengan tinja
yang terinfeksi secara langsung,seperti :
a.
Makanan
dan minuman yang sudah terkontaminasi, baik yang sudah dicemari oleh serangga
atau kontaminasi oleh tangan yang kotor.
b.
Penggunaan
sumber air yang sudah tercemar dan tidak memasak air dengan benar.
c.
Tidak
mencuci tangan dengan bersih setelah buang air besar.
Patofisiologi
Diare
Mekanisme
dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah:
a)
Gangguan osmotic.
Akibat terdapatnya makanan
atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik meninggi,
sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus yang
berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
b)
Gangguan sekresi.
Akibat rangsangan tertentu
(misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan
elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat
peningkatan isi rongga usus.
c)
Gangguan motilitas
usus.
Hiperperistaltik akan
mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan, sehingga
timbul diare. Sebaliknya jika peristaltik menurun akan mengakibatkan bakteri
tumbuh berlebihan yang selanjutnya akan menimbulkan diare.
Faktor Terjadinya Diare
Faktor Resiko Terjadinya Diare diantaranya adalah :
a)
Umur
Kebanyakan episode diare terjadi pada dua tahun pertama kehidupan. Insiden paling tinggi pada golongan umur 6-11 bulan, pada masa diberikan makanan pendamping. Hal ini karena belum terbentuknya kekebalan alami dari anak pada umur di bawah 24 bulan.
Kebanyakan episode diare terjadi pada dua tahun pertama kehidupan. Insiden paling tinggi pada golongan umur 6-11 bulan, pada masa diberikan makanan pendamping. Hal ini karena belum terbentuknya kekebalan alami dari anak pada umur di bawah 24 bulan.
b)
Jenis Kelamin
Resiko kesakitan diare pada golongan perempuan lebih rendah daripada laki-laki karena aktivitas anak laki-laki dengan lingkungan lebih tinggi.
Resiko kesakitan diare pada golongan perempuan lebih rendah daripada laki-laki karena aktivitas anak laki-laki dengan lingkungan lebih tinggi.
c)
Musim
Variasi pola musim di daerah tropik memperlihatkan bahwa diare terjadi sepanjang tahun, frekuensinya meningkat pada peralihan musim kemarau ke musim penghujan.
Variasi pola musim di daerah tropik memperlihatkan bahwa diare terjadi sepanjang tahun, frekuensinya meningkat pada peralihan musim kemarau ke musim penghujan.
d)
Status Gizi
Status
gizi berpengaruh sekali pada diare. Pada anak yang kurang gizi karena pemberian
makanan yang kurang, episode diare akut lebih berat, berakhir lebih lama dan
lebih sering. Kemungkinan terjadinya diare persisten juga lebih sering dan
disentri lebih berat. Resiko meninggal akibat diare persisten atau disentri
sangat meningkat bila anak sudah kurang gizi.
e)
Lingkungan
Di daerah kumuh yang padat penduduk, kurang air bersih dengan sanitasi yang jelek penyakit mudah menular. Pada beberapa tempat shigellosis yaitu salah satu penyebab diare merupakan penyakit endemik, infeksi berlangsung sepanjang tahun, terutama pada bayi dan anak-anak yang berumur antara 6 bulan sampai 3 tahun.
Di daerah kumuh yang padat penduduk, kurang air bersih dengan sanitasi yang jelek penyakit mudah menular. Pada beberapa tempat shigellosis yaitu salah satu penyebab diare merupakan penyakit endemik, infeksi berlangsung sepanjang tahun, terutama pada bayi dan anak-anak yang berumur antara 6 bulan sampai 3 tahun.
f)
Status Sosial Ekonomi
Status
sosial ekonomi yang rendah akan mempengaruhi status gizi anggota keluarga. Hal
ini nampak dari ketidakmampuan ekonomi keluarga untuk memenuhi kebutuhan gizi
keluarga khususnya pada anak balita sehingga mereka cenderung memiliki status
gizi kurang bahkan status gizi buruk yang memudahkan balita tersebut terkena
diare. Mereka yang berstatus ekonomi rendah biasanya tinggal di daerah yang
tidak memenuhi syarat kesehatan sehingga memudahkan seseorang untuk terkena
diare.
Gejala
Terjadinya Diare
Gejala penyakit diare atau mencret adalah tinja yang encer
dengan frekuensi 4 x atau lebih dalam sehari, yang kadang disertai:
a) Muntah
b) Badan lesu atau lemah
c) Panas
d) Tidak nafsu makan
e) Darah dan lendir dalam
kotoran
Rasa mual dan muntah-muntah dapat mendahului diare yang
disebabkan oleh infeksi virus. Infeksi bisa secara tiba-tiba menyebabkan diare,
muntah, tinja berdarah, demam, penurunan nafsu makan atau kelesuan.
Selain itu, dapat pula mengalami sakit perut dan kejang
perut, serta gejal-gejala lain seperti flu misalnya agak demam, nyeri otot atau
kejang, dan sakit kepala. Gangguan bakteri dan parasit kadang-kadang
menyebabkan tinja mengandung darah atau demam tinggi.
Diare bisa menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit
(misalnya natrium dan kalium), sehingga bayi menjadi rewel atau terjadi
gangguan irama jantung maupun perdarahan otak.
Diare seringkali disertai oleh dehidrasi (kekurangan cairan).
Dehidrasi ringan hanya menyebabkan bibir kering. Dehidrasi sedang menyebabkan
kulit keriput, mata dan ubun-ubun menjadi cekung (pada bayi yang berumur kurang
dari 18 bulan). Dehidrasi berat bisa berakibat fatal, biasanya menyebabkan
syok.
Cara Pencegahan
Pada prinsipnya, cara dan pola hidup yang bersih harus anda
lakukan agar terhindar dari penyakit diare. Berikut ini beberapa cara
pencegahan diare sedini mungkin agar terhindar dari penyakit ini :
a)
Biasakanlah mencuci tangan
terlebih dahulu sebelum makan atau minum.
b)
Kenali jenis makanan yang
mengandung allergen terutama pada balita.
c)
Proses pencucian dan
pengolahan makanan erta minuman yang bersih dan sehat.
d)
Bersihkan lingkungan rumah
secara teratur , buanglah sampah pada tempatnya.
e)
Menggunakan air yang bersih
dan memenuhi sayarat untuk kegiatan sehari-hari.
f)
Membuat fasilitas WC atau
jamban di rumah.
Pengobatan Non farmakologi
1. Minum Air Putih yang Banyak
Sering-seringlah minum air putih yang banyak
karena dengan sering buang air besar maka tubuh akan kehilangan banyak cairan
yang harus selalu digantikan dengan cairan yang baru. Setiap setelah BAB
minumlah satu atau dua gelas air putih atau air mineral yang bersih dan sudah
dimasak.
Minumlah oralit yang merupakan larutan gula
garam untuk membantu pembentukan energi dan menahan diare / berak setelah habis
BAB. Hindari minum kopi, teh dan lain sebagainya yang mampu merangsang asam
lambung.
2. Makan Makanan Khusus
Hindari makan makanan yang berserat seperti
agar-agar, sayur dan buah karena makanan berserat hanya akan memperpanjang masa
diare. Makanan berserat hanya baik untuk penderita susah buang air besar.
Bagi penderita diare sebaiknya makan makanan
rendah serat dah halus seperti bubur nasi atau nasi lemes dengan lauk telur
asin. Di sini nasi akan menjadi gula untuk memberikan energi, sedangkan telur
asin akan memberikan protein dan garam untuk menahan mencret dan sebagai zat
pembangun tubuh. Hindari makan makanan di luar sembarangan serta makanan yang
pedas mengandung cabai dan lada.
3. Istirahat yang Cukup
Tidak dapat dipungkiri bahwa orang yang
buang-buang air akan terasa lemah, lemas, lesu, kurang bergairah, dan
sebagainya. Untuk itu bagi anda yang sudah merasa sangat lemas sebaiknya
meminta izin sekolah atau kantor untuk menghindari dari kemungkinan yang
terburuk atau memalukan di tempat umum. Tidur sebanyak-banyaknya namun tidak
melupakan waktu makan makanan dan obat harus teratur, banyak minum, beribadah
dan berdoa dan lain-lain.
4. Minum Obat Dengan Dosis yang Tepat
Ada baiknya anda berkonsultasi dengan dokter
dan meminta obat yang tepat untuk anda, karena setiap orang memiliki
karakteristik masing-masing dalam pemilihan obat. Rumah sakit, dokter praktek,
puskesmas atau balai pengobatan lain yang sesuai izin depkes adalah pilihan
yang tepat karena memiliki dokter yang baik dengan obat-obatan yang baik pula.
Bila anda ragu datangi saja dokter lain untuk mendapatkan informasi lebih
lanjut.
Setalah mendapatkan obat minumlah obat itu
sesuai dosis yang waktu yang telah ditentukan. Biasanya dokter akan memberikan
obat mules, obat mencret, vitamin dan antibiotik. Untuk obat mules dan mencret
sebaiknya diminum jika perut mulas dan diare saja dan hentikan jika sudah
berhenti mules dan diare. Sedangkan untuk antibiotik wajib dihabiskan agar
kuman dan bibit penyakit lainnya mati total dan tidak membentuk resistensi.
Untuk vitamin terserah anda mau dihabiskan atau tidak, akan tetapi tidak ada
salahnya jika dihabiskan karena vitamin baik untuk anda asalkan tidak
berlebihan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar